Senin, 30 Juni 2008

Ibnu Taimiyah dan Khawarij

-Ibnu Taimiyah dan Khawarij-

Khawarij adalah kelompok sesat yang muncul di awal-awal kemunculan Islam. Dalam beberapa hadis yang dapat disinyalir dalam kitab-kitab standart Ahlusunah wal Jamaah disebutkan bahwa Rasulullah saw -sebelum kemunculan kelompok sesat ini- pun telah mendapat kabar dari Allah swt akan kemunculannya, pasca wafat beliau. Atas dasar itu, celaan dan laknat Rasul terhadap kelompok tersebut banyak kita jumpai dalam berbagai hadis. Itu semua sebagai bukti bahwa Rasulullah sangat membenci kelompok sesat tersebut. Dan dikarenakan apa yang diungkapkan Rasul bukan dari hawa nafsunya melainkan dari wahyu yang diturunkan maka celaan dan laknatan Rasul atas kelompok itupun harus juga kita lakukan, sebagai perwujudan dari ayat: “Dan tiada yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan”. (QS an-Najm: 3-4) Dan ayat: “Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah”. (QS al-Hasyr: 7)

Namun sayang, ada beberapa orang yang mengaku sebagai umat Muhammad dan yang mengaku sebagai penghidup ajaran Salaf Saleh namun tidak mengikuti prilaku dan perintah Muhammad Rasulullah saw dan Salaf Saleh untuk berlepastangan dari kelompok sesat Khawarij. Anehnya, mereka bukan hanya tidak mengikuti Rasul dan Salaf Saleh dalam berlepastangan, bahkan mereka memuji-muji kelompok sesat (Khawarij) tadi. Jelas ini akan meniscayakan murka Rasul dan Salaf Saleh atasnya. Bagaimana mereka mengatasnamakan dirinya sebagai penghidup Sunnah Rasul dan ajaran Salaf Saleh sedang prilaku mereka bertentangan dengan Rasul dan Salaf Saleh?

Ibnu Taimiyah dalam rangka membela kelompok sesat Khawarij mengatakan: “Dahulu, kelompok Khawarij adalah sebaik-baik anggota masyarakat dari sisi pelaksanaan shalat, melakukan puasa dan membaca al-Quran. Mereka baik secara zahir maupun batin telah melaksanakan agama Islam”. (lihat kitab Minhaj as-Sunnah jilid 4 halaman 37) Bahkan Ibnu Taimiyah telah memuji manusia tercela yang bernama Abdurrahman bin Muljam anggota kelompok Khawarij. Ibnu Muljam adalah pengikut Khawarij yang membunuh Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat Ahlusunah), seorang sahabat Rasul yang termasuk Salaf Saleh. Oleh karenanya Ibnu Muljam dicela dan dilaknat oleh Rasul. Kemurkaan Rasul selalu tercurah atasnya. Sedang kita semua mengetahui bahwa kemurkaan Rasul meniscayakan kemurkaan Allah. Sebagaimana keridhoan dan ketaatan terhadap Rasul berarti ketaatan kepada Allah, hal ini seperti yang disebutkan dalam ayat; “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (QS an-Nisa’: 80)

Ibnu Tamiyah dalam memuji dan mencari pembenaran atas perbuatan manusia terkutuk Ibnu Muljam sang Khawarij dan pembunuh Ali yang tergolong Salaf Saleh dengan ungkapan: “Seseorang yang membunuh Ali iapun menegakkan shalat, melakukan puasa, membaca al-Quran. Ia membunuh Ali dengan anggapan bahwa hal itu akan mendapat ridho Allah dan Rasul-Nya”.(lihat kitab Minhaj as-Sunnah jilid 7 halaman 57 / 58) Bahkan dalam jilid ke 8 halaman 238 Ibnu Taimiyah memujinya dengan menyebutnya sebagai paling baiknya penghamba (A’baudun-Naas) Allah. Tentu hal ini bertentangan dengan sabda Rasul yang menyatakan bahwa pembunuh Ali adalah paling celakanya manusia (‘Asyqon-Naas) di muka bumi. (lihat kitab Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 1 halaman 130, kitab Thabaqoot Ibnu Sa’ad jilid 3 halaman 21, kitab Khashaois an-Nasa’i halaman 39) Padahal akan kita dapati dalam beberapa hadis bahwa Ali diperintah oleh Rasul untuk membunuh dan membasmi tiga golongan yang telah menyimpang dari ajaran Rasul; Nakitsiin, Qosithiin dan Mariqiin. Ali mengatakan: “Rasul telah memerintahkan kami untuk membasmi kelompok; Nakitsiin, Qosithiin dan Mariqiin (Khawarij)”. (lihat kitab Majma’ az-Zawa’id jilid 7 halaman 238 dan kitab Musnad Abi Ya’la jilid 3 halaman 194 hadis ke-1623)

Dinukil oleh sahabat Ammar bin Yasir yang mengatakan bahwa Rasul pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib dengan ungkapan: “Wahai Ali, engkau akan memerangi sekelompok penzalim sedang engkau dalam posisi benar. Jika ada seseorang yang tidak membantumu niscaya ia bukan dari golonganku”. (lihat kitab Kanzul Ummal karya Muttaqi al-Hindi yang bermazhab Hanafi jilid 11 halaman 613 hadis ke-32970)

Lantas bagaimana mungkin manusia pembela kelompok sesat versi Rasulullah –yaitu Khawarij- dianggap sebagai Imam para pengikut ajaran Salaf Saleh? Bahkan yang lebih aneh lagi, Ibnu Taimiyah yang memuji Khawarij semacam itu –padahal Rasul Islam mencela mereka- masih saja digelari dengan sebutan ‘Syeikh Islam’? Apakah tidak lebih baik diganti dengan ‘Syeikh Khawarij’, karena pembelaannya terhadap Khawarij dan pertentangannya dengan celaan Rasul atas Khawarij?

Wallahu A’lam

.

Sastro Hadi Suripto

Tidak ada komentar: